GTZ MOBILE BLOG

Modus di balik kata like dan amin di facebook

         By blog'e cah puteran
Pernah baca status yang seperti ini: “Katakan Amin atau Like kalau ingin doamu diijabah tahun ini”?Saya yakin hampir semua dari pengguna media sosial pernah menjumpainya, minimal sekali.
Ada yang pernah ikut menuliskan ‘amin’ atau memberi like pada postingan seperti itu? Ayo ngaku! JPostingan – postingan serupa itu kini banyak bertebaran di media sosial, -biasanya diFacebook, dan kini juga di Line atau Instagram,- dan juga di portal berita yang memancingkita untuk mengetikkan ‘Amin’, menekan tombol ‘Like’ atau berkomentar di bawah postingan itu.Sebenarnya hal ini wajar saja dalam internet marketing. Semakin banyak yang menekan tombol ‘like’ pada postingan tersebut maka viral postingan akan semakin besar. Semakin banyak yang memberi komentar, baik kata ‘Amin’ atau pun komentar lainnya, maka semakin sering pula postingan itu tampil ditimelineyang memberi ‘like’ dan komentar.  Viral atau persebaran postingan tentu akan semakin besar.Semakin besar viral sebuah postingan maka popularitas pemilik akun akan semakin tinggi. Popularitas inilah yang nantinya akanmengundang pengiklan untuk datang. Pengiklan itu bisa saja menghubungi langsung pada pemilikakun atau portal untuk memasang iklan. Soal harga, tentu saja tergantung kesepakatan.  Cara ini biasanya berlaku bagi pemilik akun media sosial seperti Facebook, Instagram,Twitter, Blog dan portal berita.Bila pemilik akun atau postingan tak ingin repot berhubungan dengan klien, ada cara lain yaitu melalui pihak ketiga yang akan menjembatani pemasangan iklan.  Salah satu  pihak ketiga itu adalah Google Adsense. Biasanya, pengguna layanan Google Adsense ini adalah para blogger atau pengelola portal berita. Portal sebesar Kompas pun  memanfaatkanGoogle Adsense ini dalam mencari pemasukan.Bagi orang – orang yang mampu melihat peluang ini, biasanya merekaakan membuat dengan postingan atau status yang kemungkinan besarmemancing orang untuk membuat memberikan ‘like’, membagikan status, atau berkomentar dalam media sosial atau blog/portal yang mereka kelola.  Tak masalah sebenarnya. Adalah sah – sah saja jika postingan itu memang mengandung informasi menarik atau informative. Tanpa diminta pun, pembaca biasanya akan berbagi postingan yang menarik atau informatif dan berguna bagi orang lain.Sayangnya banyak pihak yang, yang entah sengaja atau tidak, justru menyebarkan postingan berupa berita – berita yang telah dipelintir sedemikian rupa sehingga menyudutkan individu atau pihak – pihak tertentu atau juga sebuah berita hoax demi memancing adanya ‘like’ dan komentar. Judul yang digunakan pun terkesan kontroversial dan provokatif untuk, -salah satu tujuannya adalah,-  meningkatkan viral yang ujung – ujungnya adalah trafik kunjungan dan klik pada iklan.
Simak artikel Yahoo! News berikut ini . . .Begitu telah mengumpulkan banyak “like”, halaman itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang kepada para pelaku bisnis agar mereka agar terlihatpopuler. Sebuah blog yang diposkan oleh Daylan Pearce, ahli mesin pencari di Next Digital di Melbourne, menjelaskan bagaimana cara kerja penipuan (scam) dan menunjukkan bagaimana halaman- halaman tersebut dijual.Unggahan gambar yang berisi deskripsi seperti “Klik‘like’ jika Anda bisa melihat harimau”, atau “Berikan komentar dan lihatlah apa yang akan terjadi” digunakan untuk mengumpulkan “like” dan komentar untuk sejumlah halaman. Begitu halamannya telah mengumpulkan ribuan “like” dan komentar, maka halaman itu akan memiliki posisi tertinggi dalam News Feed para pengguna Facebook. “Like” bagaikan mata uang bagi situs tersebut.Pearce mengungkapkan bahwa halaman dengan 100.000 “like” dapat dijual seharga $200 (sekitar Rp2 juta). Pearce menjelaskandalam blognya, semakin banyak “like” dan “share” dan komentar yang didapat, semakin terbuka pula peluang mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek dan panjang. Begitu sebuah halaman sudah mendapatkan 700 ribu “like” (dengan cara menipu), maka halaman itu akan dijual ke orang lainyang ingin populer dalam waktu cepat. Informasi halaman pun diubah — bukan lagi soal kanker, binatang dsb tetapi mengenai bisnis.David Em, peniliti jaringan keamanan senior di Kaspersky Lab berkata, “Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami peningkatan target kejahatan dunia maya.” Semakin banyak like yang dimiliki suatu page facebook, nilai jualnya semakin tinggi. Jadi secara tidak langsung telah terjadi praktek pembodohan publik via jejaring sosial. Padahal dari pihak facebook sendiri tidakmemberikan layanan gambar bergerak (.gif , flash dan sejenisnya). Maka dari itu kalau menemui postingan seperti itu jangan digubris.Coba lihat para user yang komen di postingan seperti itu, mereka kebanyakan dipicu rasa penasaran. Jadi mulailah mengambil sikap, kalau menemui postingan seperti itu, bisa langsung reportke pihak facebook. Meski kedengarannya sepele, jangan mau dimanfaatkan. Yang untung cuma admin page- nya

No comments:

Post a Comment